Static Routing  

Oke…kali ini kita langsung saja pada prakteknya dalam membuat simulasi tentang static routing. Yang petama kali yang harus dipersiapkan tentunya adalah Packet Tracer. Kali ini saya menggunakan Packet Tracer versi 4.1. Kita mulai aja ya…
1. buka Packet Tracer kamu.
2. letakkan 1 router ke dalam lembar kerja seperti pada gambar :

3. kemudian pilih computer sebagai client sejumlah 2 buah computer seperti pada gambar ini pilih yang generic kemudian letakkan pada lembar kerja seperti pada gambar :

4. kemudian pilih kabel untuk menghubungkan kedua client dengan router, pilih gambar ini
kemudian pilih gambar dan hubungkan kedua client dengan router seperti ini :


5.setelah semuanya sudah di design seperti yang di atas, sekarang time to configure.... Oke untuk mengkonfigure jaringan di atas yang pertama kita harus mengconfigure tiap-tiap client dengan cara memberinya alamat IP, tentunya alamat IP yang diberikan tidak boleh sama dong… itu uda aturan dalam jaringan…… nah untuk memberikan IP Address pada masing-masing client, klik 2 kali pada gambar computer client di lembar kerja kita. Nantinya akan muncul seperti berikut : kemudian pilih tab desktop dan pilih IP Configuration, isikan alamat IP seperti gambar di atas.
6. lakukan hal yang sama pada computer client yang kedua, dalam praktek kali ini penulis mengkonfigurasi sebagai berikut : IP Address : 192.168.1.3 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.1.1
7. setelah semua konfigurasi pada client selesai, sekarang saatnya kita untuk mengkonfigurasi routernya. Yang pertama kita perlu tau nama interface yang mengkoneksikan client satu dengan router, caranya adalah dengan menunjukkan atau meletakkan cursor pada kabel koneksi antara client satu dengan router. Begitu juga dengan client yang ke dua, kita perlu tau karena namanya berbeda. Lakukan hal yang sama agar mengetahui nama interfacenya. Pada simulasi ini namanya adalah fa0/0 dan fa1/0. Kemudian klik 2kali routernya maka akan muncul seperti berikut : pilih tab CLI kemudian pada layar command ketikkan no kemudian enter 1kali. Ini adalah tampilan pada IOS untuk mengkonfigurasi router. Di sinilah kita akan mengkonfigurasi semua device-device yang akan kita gunakan nantinya.
8. setelah itu sekarang kita akan mengkonfigurasi alamat IP di interface fa0/0 pada router. Caranya adalah sebagai berikut :
Router>enable
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Router(config-if)#
9. kemudian kita akan mengkonfigurasi interface 1/0 pada router. Caranya sama seperti di atas :
ketikkan exit satu kali untuk ganti interface seperti pada perintah2 berikut :
Router(config-if)#exit
Router(config)#int fa1/0
Router(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet1/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet1/0, changed state to up
Router(config-if)#
Kemudian jika sudah selesai mengkonfigurasi semuanya tekan ctrl+z untuk mengakhiri.
10. Nah sekarang kita sudah selesai membuat static routing. Tinggal kita test aja dengan cara mengirimkan data. Caranaya adalah klik gambar amplop tertutup
kemudian letakkan pada client pertama dengan cara mengklik pada client tersebut kemudian klikkan pada client ke dua. Biasanya untuk pertama kali keterangannya akan menunjukkan bahwa kita gagal mengirimkan data, namun cobalah lagi dan untuk ke duanya pasti berhasil dengan syarat jika anda benar dalam konfigurasi masing-masing interface seperti jika berhasil untuk kedua kalinya pasti keterangannya adalah Successful. Ini adalah gambar pada saat mengirimkan paket data :

Terdapat gambar amplop pada satu client.

Oke teman-teman sekian dulu aja ya posting tentang static routing. Haduh…akhirnya selesai juga. Static routing aja uda pegel2 gini, apalagi yang dynamic routing ya……… wew… tapi tenang aja…… kalo aku lagi ga sibuk banget kuliahnya, bakalan aku posting deh.......tunggu aja dan semoga ini bermanfaat yah bagi kalian semua meskipun ga banyak yang bisa aku share di sini…… 

Read More...

Cisco dan Packet Tracer  

Jumpa lagi teman-teman…… sorry baru bisa posting lagi nih, soalnya sibuk banget dengan kuliah saya ....  hehehe… sok sibuk yah……??? Pada posting kali ini saya akan sedikit membagi pengalaman tentang membuat jaringan yaitu membuat static routing dan dynamic routing. Pada kali ini saya menggunakan Packet Tracer 4.1 untuk mensimulasikan jaringan yang saya buat. Pertama untuk pengantar saja, para pembaca blog ini setidaknya memiliki sedikit pengetahuan tentang apa itu Packet Tracer 4.1 dan cisco.
Yang pertama saya akan menjelaskan sedikit tentang cisco, mungkin dari para pembaca sudah banyak yang tau tentang cisco dan kalo yang saya tulis di sini ada kekurangan mohon maaf yah……Oke deh kita mulai aja sekarang. Cisco adalah sebuah perusahaan yang memproduksi alat-alat yang berhubungan dengan jaringan computer misalnya saja router, access point dan buanyak lagi lah yang di produksi oleh cisco…cisco adalah perusahaan pelopor yang memproduksi alat-alat jaringan. Cisco sudah berdiri dari tahun 1980 an…tepatnya saya lupa……hehehe…. Alat-alat yang diproduksi oleh cisco sudah teruji dan diakui oleh seluruh dunia kualitas dan kehandalannya. Bahkan karena cisco sudah sangat terkenal di seluruh dunia, cisco mengeluarkan kurikulum berstandar Internasional dan mengeluarkan sertifikasi bagi yang bisa lulus menghadapi ujian dari cisco. Bayangkan saja jika anda memiliki sertifikat dari cisco……mau kerja diseluruh dunia bagaian manapun anda pasti diterima……enak kan……??? Saya saja sangat ingin mendapatkan sertifikat itu…tapi masih butuh belajar banyak……!!!!! Cisco juga membuat OS tersendiri milik cisco, yaitu IOS yang terdapat di dalam alat jaringan yang di keluarkan oleh cisco. IOS tidak untuk di komersilkan, IOS hanya terdapat pada alat cisco misalnya saja Router yang dikeluarkan oleh cisco. Sekarang ini menurut informasi yang saya dapatkan, ternyata ada suatu perusahaan baru yang menyaingi cisco yaitu “Juniper”, kabarnya perusahaan ini memiliki kemampuan yang melebihi cisco baik masalah kualitas dan kehandalannya. Juniper ini juga mempunyai OS sendiri sama seperti cisco yang bernama JUNOS. Namun Juniper belum lama berdiri dan belum mengeluarkan kurikulum sendiri. Jadi kemungkinan Juniper ini masih belum dipercaya di seluruh dunia.
Yang kedua saya akan bercerita tentang Packet Tracer. Packet Tracer ini adalah suatu software simulasi jaringan yang di keluarkan oleh cisco untuk mendukung daripada kurikulum yang dikeluarkan oleh cisco. Packet Tracer ini sangat persis sekali dengan ketika kita mengoperasikan alat-alat cisco. Jadi misalnya kita akan menghidupkan suatu jaringan, maka jaringan itu tidak akan langsung hidup dan ready to use, seperti ketika menghidupkan komputer, maka komputer tersebut membutuhkan waktu untuk booting sampai ready to use. Itulah yang akan terjadi ketika anda mengoperasikan software Packet Tracer.

Read More...

Nested Struct  

Berikut adalah sample dari nested Struct atau Struct bersarang pada C++ :

#include
void main()
{
struct Tanggal{
unsigned int Hari;
unsigned int Bulan;
unsigned int Tahun;
};

struct Alamat{
char Jalan[30];
char Kota[30];
};

struct {
char Nama[40];
struct Tanggal Masuk;
struct Alamat Tinggal;
float Gaji;
}Karyawan = {
"Aktor Hariry",
17,
07,
04,
"Perum Ardimulyo 2",
"Malang",
550000
};
struct {
char Nama[40];
struct Tanggal Masuk;
struct Alamat Tinggal;
float Gaji;
}Karyawan1 = {
"Afrianto",
12,
05,
03,
"Perum doyomulyo 2",
"Malang",
450000
};

struct {
char Nama[40];
struct Tanggal Masuk;
struct Alamat Tinggal;
float Gaji;
}Karyawan2 = {
"Marsupilami",
14,
02,
06,
"Jalan Welirang 2",
"Malang",
650000
};

cout<<" DATA KARYAWAN"< cout<<"========================"< cout< cout<<"Nama Karyawan :"< cout<<"Tanggal Masuk :"< cout<<"Alamat :"< cout<<" "< cout<<"Gaji per Bulan :"< cout< cout<<"Nama Karyawan :"< cout<<"Tanggal Masuk :"< cout<<"Alamat :"< cout<<" "< cout<<"Gaji per Bulan :"< cout< cout<<"Nama Karyawan :"< cout<<"Tanggal Masuk :"< cout<<"Alamat :"< cout<<" "< cout<<"Gaji per Bulan :"<}

Read More...

Grid Koputing  

Masih ingat proyek SETI@Home ( Search for Extra Terrestrial Intelligence )? Proyek ilmiah yang bertujuan mencari kecerdasan (baca: mahluk asing) dari luar bumi ini memang sempat membuat heboh kalangan ilmuwan ketika pertama kali digelar beberapa tahun lalu. Ada yang skeptis, ada pula yang optimis. Terlepas dari berbagai pandangan orang mengenai proyek ini, ada sisi lain yang menarik, yaitu bagaimana proyek ini dijalankan.
Berbeda dengan lazimnya suatu proyek ilmiah, alih-alih menyediakan perangkat keras komputer sendiri untuk menganalisis radio noise dan sinyal-sinyal dari luar bumi, SETI@Home yang dikelola University of California Berkeley ini memanfaatkan processing power yang “menganggur” dari sekitar 5 juta PC di seluruh dunia, baik milik perseorangan maupun lembaga-lembaga.
Proses mencari kehidupan di luar bumi ini dimulai dari radio teleskop di Arecibo Observatory, Puerto Rico , dimana data radio noise dari berbagai belahan jagad raya dikumpulkan. Data ini direkam, kemudian dikirim ke server di Berkeley, dimana di server inilah data tersebut dibagi-bagi, kemudian disebarkan melalui Internet. Lima juta PC di seluruh dunia, yang sudah dipasangi (secara sukarela tentunya) dengan program SETI@Home bisa men download potongan-potongan sinyal ini untuk dikemudian dianalisis polanya. Hasil analisis tersebut kemudian dikirim balik ke Berkeley .
Dengan kapasitas pemrosesan sampai 70 teraflop, proyek SETI@Home yang secara akumulatif sudah menghabiskan CPU time setara 2 juta tahun dan menganalisis lebih dari 50T byte data ini boleh dibilang contoh terbesar dari kolaborasi sumberdaya komputasi, yang kemudian dikenal orang sebagai grid computing .
Dari sains ke enterprise
Konsep grid computing sendiri memang bukanlah hal baru. Secara garis besar, konsep ini berangkat dari prinsip “tidak boleh ada PC menganggur”. Grid computing menghubungkan berbagai komputer yang terpisah secara geografis atau lokasi, untuk membentuk semacam superkomputer virtual. Mesin virtual ini akan terlihat sebagai sebuah entitas sumberdaya komputasi tunggal, dengan kapasitas komputasional yang sanggup mengerjakan aplikasi berat, yang tidak mungkin dilakukan sendirian oleh PC atau sebuah server sekalipun. Selain itu, grid computing pun tidak memandang sistem operasi (OS) atau platform perangkat keras yang diajaknya berkolaborasi.
Sekalipun pemanfaatan grid computing ini lahir dari inisiatif para ilmuwan, belakangan ini para vendor TI dan kalangan korporat juga mulai melirik, dan bahkan beberapa perusahaan sudah mengadopsi teknologi ini. Grid computing yang diterapkan oleh kalangan korporat atau enterprise grid ini juga menggandeng berbagai sumberdaya yang terpisah untuk di- pool -kan menjadi satu computing power . Sekalipun secara lokasi atau geografis mungkin terpisah, tetapi secara logic , sumberdaya itu berada di belakang tembok ruang, atau katakanlah berada di belakang firewall yang sama. Tidak seperti aplikasi untuk riset ilmiah, kapasitas komputasi ini cuma tersedia untuk kalangan internal perusahaan saja.
Menurut para penggagas dan pendukung aplikasi grid computing untuk perusahaan, ada dua manfaat yang bisa diperoleh dengan memvirtualisasikan bermacam-macam sumberdaya ini melalui sebuah grid, yaitu penghematan dan kecepatan.
“ Grid computing bisa memberi penghematan uang, baik dari sisi investasi modal maupun operating cost -nya,” ujar Sara Murphy, Marketing Manager for Grid computing , Hewlett-Packard. Hal ini diwujudkannya dengan memanfaatkan secara penuh sumberdaya komputasi dari seluruh komponen yang ada di dalam grid. Singkatnya, grid computing membuat ultilisasi aset komputer didongkrak sampai pol .
Saat ini, masalah utilisasi aset perangkat TI memang masih menjadi isu utama di kalangan TI. Kebijakan kencangkan ikat pinggang, khususnya yang menyangkut anggaran TI, membuat pihak manajemen mengambil prinsip kalau bisa kasih 10, kenapa cuma lima ? Demikian pula halnya dengan utilisasi perangkat TI, banyak pakar yang mengatakan bahwa sebagian besar komputer yang ada saat ini masih underutilized .
“Utilisasi PC dan server Windows cuma sekitar 5 persen, sementara server-server Unix sekitar 15 persen,” ungkap Dave Powers, vice president of grid strategy , IBM. “Bahkan mainframe IBM sekalipun utilisasinya hanya sekitar 65 persen,” lanjutnya.
Menurut Powers, sebuah solusi grid computing bisa memvirtualkan seluruh aset yang tidak termanfaatkan ini menjadi seolah-olah satu komputer besar. Jadi, alih-alih membeli perangkat baru, grid computing memaksimalkan return on investment dari perangkat yang sudah ada.
Selain itu, grid computing juga mendongkrak kecepatan komputasi dari mesin-mesin yang ada. Processing power yang meningkat ini membuat aplikasi berjalan lebih cepat dan memberikan hasil yang lebih cepat.
Beberapa perusahaan, khususnya dari industri keuangan, sudah mencicipi kecepatan pemrosesan yang diberikan grid computing ini. Para financial adviser di sebuah perusahaan manajemen investasi Charles Schwab misalnya, merasakan perbaikan yang substansial dari piranti real-time retirement planning -nya. Dengan memanfaatkan grid computing , kalkulasi retirement-scenario yang dulu memakan waktu lama, kini bisa diselesaikan dalam hitungan detik saja.
“Aplikasi grid ini memungkinkan Anda menjalankan banyak what-if-scenario , yang sifatnya ‘highly compute intensive',” kata David Dibble, executive vice president of technology services , Charles Schwab. Bersama IBM, Dibble dan tim IT-nya membangun sistem gridnya, yang terdiri dari 12 server berbasis Intel di data center Schwab di kota Phoenix . Server-server itu berjalan di atas OS open source Red Hat Linux, dan menggunakan software tool untuk grid computing yang juga open-source , Globus Toolkit 2.0.
Bagi perusahaan broker elektronik semacam Schwab, kelebihan computing power itu selalu ada, kata Dibble. “Kami harus membangun sebuah infrastruktur untuk mengakomodasi jam-jam tersibuk, kapasitasnya dua kali lipat dari volume puncak rata-rata,” ujar Dibble. Di luar itu, bayangkan saja berapa besar computing power yang menganggur, lanjutnya. Nah , sayang kan kalau tidak dimanfaatkan.
Menurut Powers, grid computing memang pas bagi perusahaan-perusahaan jasa keuangan. Pasalnya, jasa keuangan merupakan sebuah industri yang memiliki jumlah aplikasi yang sangat besar, yang perlu dijalankan di dalam lingkungan high-performance computing (HPC). Jumlah server yang digelarnya pun banyak. “Jika Anda lihat, karakteristik utilisasi servernya naik turun. Jadi, satu saat ada kapasitas yang tidak tergunakan dalam jumlah besar. Ada peluang yang cukup baik untuk memadukan computing environment tersebut untuk memenuhi kebutuhan bisnis lainnya,” ujar Powers.
Evolusi lingkungan TI
Manfaat grid computing memang sudah dapat dilihat dan dirasakan secara nyata, hanya saja teknologi ini masih termasuk teknologi khusus. Grid computing paling pas digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan HPC, seperti perusahaan jasa keuangan, farmasi, dan perusahaan rancang-bangun dan manufaktur kelas kakap, seperti industri otomotif dan dirgantara.
Namun, dari segi pasarnya, teknologi ini memang menjanjikan. Menurut IDC, pendapatan dari pasar grid computing diperkirakan akan melampaui 12 miliar dolar AS pada 2007 mendatang, yang mencakup pasar HPC maupun perusahaan-perusahaan komersial.
“Kami percaya bahwa grid computing berpotensi sebagai evolusi IT environment tahap berikutnya, khususnya ketika teknologi ini mulai diterapkan secara luas di data center komersial,” ujar John Humphreys, research manager of workstations and high performance computing systems , IDC.
Tren ini, menurut IDC didorong oleh sejumlah faktor, antara lain maturasi dan standarisasi piranti lunak grid, dorongan penggunaan infrastruktur TI secara efisien dari para end user , meningkatnya awareness dan ekspansi pasar di luar aplikasi dan user HPC tradisional.
Lebih lanjut, menurut IDC, pasar grid mulai terpecah menjadi tiga segmen yang berbeda: komputasi, data dan optimasi. Saat ini, mayoritas implementasi grid masih pada segmen komputasi, sementara di sisi lain muncul pula peluang pada implementasi grid untuk pengumpulan dan pengalokasian sumberdaya berbagai layanan bisnis.
Sekalipun publikasi mengenai grid computing ini memang tidak segencar IT hype lainnya, seperti wireless, web services atau CRM misalnya, paling tidak teknologi ini masih berpeluang menjadi IT's Next Big Thing , mengingat peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta cost saving yang dijanjikannya. Kalaupun tahun 2005 mendatang belum menjadi tahunnya grid computing , paling tidak, orang sudah lebih aware , dan memiliki pilihan case yang lebih kaya, yang bisa dijadikan pijakan untuk menentukan penggelaran infrastruktur TI di masa depan.
isa jadi, ketika itu orang tidak lagi memandang grid computing identik untuk mencari “little green man” atau mahluk asing luar bumi, tetapi sebagai cara untuk mendapatkan bigger “greenback” dari aset TI yang dimilikinya.

Read More...

ULTRA WIDEBAND (UWB)  

Dewasa ini, konektivitas nirkabel telah membuat perubahan gaya hidup sebagian besar penggunanya. Orang, kini, dengan mudah menikmati komunikasi suara secara nirkabel dengan perangkat ponsel atau PDA, bahkan untukakses Internet atau menikmati video.
Namun, banyak yang mengharapkan kenyamanan nirkabel itu bisa didapatkan pada perangkat consumer electronics . Misalnya, bagaimana PC, pemutar/perekam MP3, kamera dan camcorder digital , HDTV, set-top-box (STB), gaming system , PDA dan ponsel dapat terhubung satu sama lain, sehingga membentuk wireless personal area network (WPAN).
Saat ini, pilihan koneksi nirkabel terbatas pada Bluetooth, dan belakangan WiFi (802.11b/g). Sayangnya, keduanya tidak dioptimalkan untuk penggunaan multiple high-bandwidth seperti yang dituntut perangkat consumer electronics modern. Sekalipun dengan WiFi Anda bisa mendapatkan kapasitas bandwidth 54 Mbps, namun tak memadai digunakan pada aplikasi consumer electronics , baik dari konsumsi tenaga maupun bandwidthnya.
Misalnya, Anda harus men- stream siaran HDTV dari set-top box ke pesawat televisi dan digital video recorder sekaligus. Aplikasi ini sangat boros bandwidth , dimana WiFi ber bandwidth tinggi sekalipun kewalahan melayaninya. Apalagi Bluetooth, yang cuma sanggup menyediakan bandwidth 1Mbps.
Karenanya, yang sangat diperlukan adalah teknologi nirkabel yang mendukung beberapa high data rate streaming sekaligus, hemat energi, murah, dan dapat dikemas dalam bentuk produk yang kecil, seperti PDA atau ponsel. Dan, itu bisa dijawab oleh teknologi ultra-wideband (UWB), yang kini terus dikembangkan agar lebih siap, sebelum masuk pasar.
Berbeda dengan teknologi nirkabel yang memanfaatkan narrowband RF dan spread-spectrum (SS) seperti Bluetooth dan 802.11a/b/g, UWB memanfaatkan pita frekuensi yang sangat lebar (3.1GHz sampai 10.6GHz) untuk mentransmisikan data. Karenanya, untuk periode waktu yang sama, UWB sanggup menyalurkan data hingga 480 Mbps.
Agar tidak mengganggu perangkat nirkabel yang beroperasi di frekuensi berdekatan dengannya, daya pancar UWB dibatasi. Jadi, sekalipun UWB ber bandwidth tinggi, jangkauannya relatif pendek, sekitar 10 meteran saja. Namun, dengan konsumsi daya yang lebih rendah, UWB sangat layak diterapkan dalam bentuk chip CMOS, yang kecil dan murah, sehingga berpeluang digunakan pada consumer electronics .
UWB, sebenarnya, bukan hal baru. Heinrich Hertz (yang namanya diabadikan untuk satuan frekuensi Hz) pernah bereksperimen dengan UWB di akhir abad 19. Teknologi ini cukup luas digunakan untuk berbagai aplikasi militer. Namun, momentum komersialisasi UWB sendiri baru muncul sekitar 2002 lalu, ketika komisi komunikasi federal AS (FCC) membuka frekuensi 3,6GHz sampai 10,6GHz untuk penggunaan UWB secara komersial.
Standar UWB sendiri memang belum ada. Namun, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) telah membentuk gugus tugas 802.15.3a untuk menetapkan standar UWB dengan bandwidth 480 Mbps. Saat ini, lembaga yang juga mengeluarkan standar teknologi WiFi 802.11xx, tengah menimbang-nimbang dua proposal yang akan menjadi acuan standar UWB untuk komersial.
Proposal pertama mengajukan standar UWB berbasis teknologi multi-band orthogonal frequency division multiplexing (OFDM). Proposal ini dibuat aliansi industri bernama MultiBand OFDM Alliance (MBOA) yang dibekingi vendor semikonduktor dan consumer electronics raksasa seperti Intel, Texas Instrument (TI), Philips, Samsung, Sony, HP dan banyak lagi. Sedang proposal kedua berbasis teknologi direct sequence code division multiple access (DS-CDMA), yang sponsor utamanya adalah Motorola.
Sampai saat, belum ada kesepakatan mengenai standarisasinya. MBOA yang disebut-sebut sebagai calon terkuat sekalipun tidak sanggup meraih mayoritas suara untuk ditetapkan sebagai standar UWB oleh IEEE. Molornya penetapan standar ini menyebabkan, kalangan industri pesimis jika target untuk menggelar produk-produk UWB-enabled pada awal 2005 mendatang. Apalagi target tahun 2004, seperti yang ditetapkan WiMedia Alliance, sebuah lembaga yang bertugas mempromosikan standar UWB dan menguji kompatibilitas perangkat UWB antar sesama vendor.
Lucunya, sekalipun standar belum ditetapkan, sudah ada vendor yang merilis chipset untuk aplikasi UWB. Bahkan, chipset ini sudah mendapat sertifikasi dari FCC. Freescale Semiconductors Inc., yang awal tahun lalu hengkang dari aliansi standar UWB bentukan Motorola, sekitar Agustus lalu merilis chipset UWB XS110 ke para vendor periferal. Diperkirakan, dengan dirilisnya chipset ini, produk-produk UWB bakal muncul lebih cepat, sekitar akhir tahun ini. Freescale memang masih merahasiakan vendor-vendor mana saja yang bakal menggunakan chipset ini, namun perusahaan itu mengatakan bahwa chipsetnya akan diaplikasikan untuk mengirim konten video dari set-top-box ke LCD display atau display lainnya.
Generasi pertama chipset yang dirilis Freescale ini memiliki throughput antara 100 sampai 110 Mbps. Namun, perusahaan ini sudah mengambil ancang-ancang untuk merilis chipset UWB yang sanggup menyediakan kapasitas sampai 220 Mbps. Tahun depan, Freescale cukup optimis bisa merilis chipset UWB berkapasitas 480 Mbps, bahkan 1Gbps.
Membidik pengguna enterprise
UWB diposisikan untuk pasar WPAN berkecepatan tinggi. Namun, kalangan industri tak menutup kemungkinan menerapkan UWB untuk aplikasi enterprise. Pasalnya, para vendor PC memandang UWB sebagai enabler untuk wireless USB dan wireless 1394 . Bahkan MBOA pun sudah mendapat persetujuan menjalankan protokol IEEE 1394 dan protokol USB melalui link UWB. Hal ini mendorong penggunaan UWB untuk menghubungkan PC dengan perangkat periferal seperti printer, hard-drive dan DVD.
“Setelah wireless USB bermunculan di PC, UWB pun akan hadir di kalangan enterprise,” ujar Roberto Aiello, CEO Staccato Communications, sebuah perusahaan pembuat chip UWB dari San Diego , AS. Namun, beberapa kalangan menilai bahwa aplikasi UWB di enterprise bukan sekedar untuk konektivitas point-to-point saja.
Saat ini, menurut Sullivan, banyak perusahaan yang tengah melirik IP-centric networks , dimana masuknya UWB ini akan memperluas arsitektur dan penggunaannya. Hal ini bisa terjadi ketika UWB dipasang misalnya pada pesawat telepon, printer dan laptop.
Namun, sekalipun UWB bisa memenuhi kebutuhan enterprise, kalangan industri menilai bahwa UWB tidak akan menggantikan WiFi 802.11. Alih-alih, UWB akan meningkatkan arsitektur 802.11 di kalangan perusahaan, dengan memungkinkan aplikasi seperti video streaming dan real-time collaboration . Artinya, aplikasi yang boros bandwidth , namun tidak membutuhkan mobilitas yang tinggi, cukup disediakan melalui UWB, bukan WiFi.
Pasar menggiurkan
Sekalipun belum berwujud, UWB boleh dibilang sudah di depan mata. Telah dirilisnya chipset UWB generasi pertama oleh Freescale, dipandang positif oleh para anggota aliansi MBOA. Paling tidak, ini bisa menjadi dorongan bagi para anggotanya untuk segera merilis chipset serupa. Walau tidak berbicara atas nama anggota MBOA lainnya, Eric Broockman, CEO Alereon, salah satu sponsor utama MBOA mengatakan, paling tidak pada triwulan pertama 2005 sudah ada produk UWB yang keluar dari para anggota MBOA.
Dari segi pasar, UWB terbilang sangat menggiurkan. Seperti dilaporkan In-Stat/MDR, bahwa dalam empat tahun mendatang nilai pasar home-networking akan mencapai 17,1 miliar dolar AS. Sementara itu, pasar multimedia home networking , dimana UWB sangat berpotensi berperan, akan mencapai 5,7 miliar dolar AS pada tahun 2008 mendatang.
“Pengembangan dalam bidang PC, consumer electronics dan networking secara bersama-sama akan memunculkan pasar produk-produk baru, yang memungkinkan konten audio dan video bisa dikirim ke seluruh bagian di dalam rumah,” kata In-Stat/MDR. Namun, untuk memperebutkan kue pasar ini bukan perkara mudah. Pasalnya, UWB harus bersaing dengan teknologi lain yang sudah lebih dulu mapan, misalnya Ethernet, 802.11x dan 1394 (FireWire).
Nah, jika hal itu benar-benar terwujud pada 2005 mendatang, siapkah Anda menjadi bagian dari para early adopters UWB?

Read More...

80% Aplikasi Pakai Open Source di 2012  

Perusahaan riset Gartner percaya bahwa 80% aplikasi perangkat lunak komersiil akan menggunakan berbagai komponen open source di tahun 2012. Gartner melihat bahwa nilai dan stabilitas perangkat lunak open source menawarkan kesempatan bagi para pengembang perangkat lunak komersiil untuk mengurangi biaya pengembangan. "Di tahun 2012, 80 persen dari seluruh perangkat lunak komersiil akan memiliki elemen teknologi open source," tulis Gartner di laporannya. "Banyak teknologi open source yang matang, stabil dan didukunga dengan baik. Mereka memberikan kesempatan besar bagi vendor dan pemakai untuk mengurangi biaya kepemilikan dan memaksimalkan investasi mereka. Mengacuhkan teknologi open source akan memperkecil kemampuan kompetitif banyak perusahaan. Strategi menggunakan open source akan menjadi investasi minimum yang akan diperlukan kebanyakan vendor untuk menjaga stabilitas kompetitif untuk jangka waktu 5 tahun ke depan." Teknologi - teknologi open source sudah dipakai di hampir semua bagian industri perangkat lunak yang berarti prediksi Gartner kemungkinan besar akan terbukti akurat. Para pengembang perangkat lunak sering kali menggunakan komponen open source di produk mereka sendiri untuk mengurangi waktu pengembangan. Banyak teknologi open source yang sering dipakai oleh aplikasi komersiil sehingga mereka menjadi standar industri mutlak. Beberapa contoh dari teknologi - teknologi ini adalah library kompresi zlib, OpenSSL dan Boost C++ library. Produk - produk open source ini ditemukan di banyak sekali aplikasi populer yang dikembangkan oleh perusahaan terkenal seperti Adobe, Real Networks, McAfee dan banyak lagi. Dengan terus berlangsungnya tren ini, perusahaan pengembang perangkat lunak besar yang membuat alat - alat pengembangan source code juga akan merilis alat - alat ini dengan lisensi open source. Tahun lalu, Sun akhirnya merilis source code untuk Java, Microsoft merilis beberapa komponen penting dari arsitektur .NET miliknya di bawah lisensi open source-nya sendiri, Adobe juga membuka beberapa bagian dari infrastruktur Flash dan Flex.

Read More...

Magnetoresistive Random Access Memory (MRAM)  

MRAM ( Magnetoresistive Random Access Memory ) diperkirakan akan merevolusi industri PC dunia, terutama karena teknologi ini memiliki kecepatan 1.000 kali lebih cepat dibandingkan nonvolatile flash memory dan hampir 10 kali lebih cepat dari teknologi DRAM ( Dynamic Random Access Memory ). "Nonvolatile" berarti bahwa dengan teknologi MRAM memungkinkan mempertahankan memori meskipun sumber dayanya terputus. Selain itu, konsumsi energinya rendah, sehingga sangat cocok digunakan untuk komputer dan ponsel masa depan.
MRAM tidak saja memori baru yang lebih cepat, melainkan “permainan” yang sama sekali baru. Karena, dengan MRAM, yang sudah mulai dikembangkan sejak 1990an, baik prosesor, bridges maupun piranti lunak harus menyesuaikan diri dengan kemampuan memori baru ini - non-volatile dan jauh lebih cepat.

Permintaan yang dalam dekade lalu terus meningkat terhadap storage magnetic , semakin mendorong proses pembuatan yang semakin canggih, bervariasi dan berpindah dari skala mikro ke nano ( nano-magnetism ). Salah satu yang diperkirakan akan berkembang pesat ke depan dan, bahkan, akan mengubah industri computer dunia, adalah MRAM.
MRAM merupakan teknologi penyimpanan data menggunakan muatan magnetik, bukan muatan listrik sebagaimana dilakukan pada teknologi DRAM. Sebaliknya, MRAM menawarkan RAM yang bersifat lebih stabil ( non-volatile ), sehingga memungkinkan berbagai perangkat yang menggunakannya, misalnya komputer dan ponsel. Teknologi ini, merupakan sesuatu yang baru, yang berada di antara teknologi DRAM yang ada saat ini dan disk magnetik.
Mengapa baru? Karena, selama ini chip komputer yang berbasis teknologi RAM ( random access memory ) konvensional hanya mampu menyimpan data selama ada arus listrik. Begitu arusnya terputus, maka datanya hilang, kecuali telah disalin ke dalam harddisk , disket atau CD.
SRAM ( synchronous random access memory ) bercatu daya rendah, lebih cepat, tetapi lebih mahal disbanding DRAM. DRAM membutuhkan daya yang lebih besar dan lebih lambat dibanding SRAM, tetapi harganya lebih murah; keduanya tak mampu menyimpan data kalau arusnya mati. Flash memory sebaliknya, tetapi harganya mahal dan daur hidupnya singkat, dan lambat menerima data.
Karenanya pilihan terhadap MRAM semakin meningkat, terutama karena MRAM mampu mempertahankan data meskipun arus listriknya mati. Dengan begitu, menggantikan DRAM dengan MRAM, berarti memberi kemungkinan untuk mencegah kehilangan data, sehingga komputer dapat segera bekerja kembali tanpa perlu menunggu mem- boot piranti lunaknya.
Selain itu, dengan menggunakan MRAM, laptop dapat bekerja sebagaimana layaknya berbagai perangkat elektronik masa kini, seperti radio atau TV: colokkan ke listrik dan laptop akan hidup seketika dengan posisi sebagaimana saat Anda matikan, tidak perlu lagi mem boot sebagaimana saat ini.
Melihat potensi penggunannya ke depan, saat ini, banyak perusahaan, termasuk misalnya Motorola, yang giat mengembangkan teknologi MRAM ini. Karena MRAM diperkirakan akan menggantikan penggunaan yang luas dari harddisk computer atau memori di ponsel, atau perangkat lainnya.
Selain itu, penggabungan beberapa opsi memori ke dalam suatu chip tunggal, yang disebut “universal memory”, akan membuat konsumsi dayanya lebih kecil. Chip berbasis MRAM 3V dengan waktu akses 15 nanoseconds telah berhasil dikembangkan Motorola. Pengembangan Chip berkapasitas 256MB diusulkan untuk dilakukan, dimana IBM dan Infineon Technologies AG terlibat di dalamnya, dan produknya diperkirakan sudah akan masuk pasar di penghujung 2004 ini.
Universal memory sangat potensial memadukan kecepatan SRAM, kepadatan DRAM, dan nonvolatility -nya flash memory , sehingga memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan teknologi storage sebelumnya.
Sejak awal pengembangannya tahun 1990an, MRAM terus dikembangkan. Sekitar tahun 1995, Badan riset departemen pertahanan Amerika Serikat, DARPA ( Defense Advanced Research Projects Agency ) mendukung pendanaan konsorsium pengembangan MRAM ini, dimana IBM, Motorola dan Honeywell merupakan tiga perusahaan besar yang terlibat di dalamnya. Selain itu, Hewlett-Packard, Matsushita, NEC, Fujitsu, Toshiba, Hitachi , dan Siemens juga telah mengembangkan riset-riset mengenai MRAM ini.
MRAM, sebagaimana ditunjukkan oleh keberhasilan pengembangan Motorola, diperkirakan akan menggantikan memori DRAM, flash-memory chips , dan semua perangkat yang berbasis SRAM yang paling cepat sekalipun.
Pengembangan MRAM, selain berhasil membuat memori magnetik berdaya rendah, kecepatan tinggi, bersifat non-volatile , juga, salah satunya, diarahkan untuk memungkinkan pembuatan perangkat-perangkat dimana MRAM ditanamkan ke dalam chipnya ( embedded system-on-chip devices ). Hal ini, nantinya, akan sangat potensial digunakan untuk pembuatan chip tunggal untuk keperluan berbagai perangkat portabel masa datang, seperti aplikasi nirkabel, organizers, automotive electronics, desktop dan PC jinjing, serta elektronik konsumen.
Ke depan, smart phones , yang menggabungkan berbagai fitur, baik suara, data dan multimedia, akan membutuhkan kapasitas memori yang lebih besar. Karena, memori yang ditanamkan ke dalam harus mampu berkomunikasi dengan berbagai konfigurasi prosesor, sehingga bukan saja membutuhkan kinerja yang lebih baik, melainkan juga cepat dan daya yang lebih rendah. Dan, itu bisa dijawab oleh ketersediaan MRAM.
Saat ini, pengembangan MRAM mengikuti dua pola besar, yang satu berbasis teknologi spin electronics dan sering juga disebut "spintronics", sedang yang lain berbasis TMR ( tunneling magnetic resistance ), yang akan menjadi basis MRAM masa depan. Pengembangan MRAM berbasis TMR ini sudah dimulai, dimana tahun 2003 lalu, chip MRAM 128 kbit, yang diproduksi menggunakan teknologi 0.18 micron, sudah diperkenalkan.
Sedang MRAM yang berbasis spin electronics , diperkirakan akan mulai diproduksi secara besar-besaran tahun 2005 datang, yang akan banyak digunakan untuk berbagai produk, antara lain: kamera digital, notebook, smart card dan ponsel.
Perkembangan MRAM sangat berpeluang untuk berbagai penggunaan yang bersifat tertanam ( embedded ), misalnya pada berbagai perangkat yang membutuhkan penyimpanan data yang permanen dan bercatu daya rendah. Salah satu kandidat penggunanya adalah perangkat nirkabel yang menggunakan batere, khususnya yang banyak digunakan untuk men streaming video atau audio data. Pangsa pasar potensial lainnya adalah network routers , yang menangani banyak data yang terus menerus diperbarui, sehingga tidak boleh rentan terhadap kehilangan atau gangguan daya.
Saat ini, berbagai pengembangan MRAM terus dilakukan oleh berbagai perusahaan besar dengan berbagai tujuan penggunannya. Namun, salah satu yang sangat menarik dari MRAM ini adalah bahwa daur hidupnya hampir tak terbatas. Sedang, kalau flash memory , meski harganya tak begitu mahal, namun akan mengalami deteriorisasi setelah siklus ke sejuta.
MRAM sangat potensial menjadi teknologi memori universal di masa datang”, ujar Dr. T. C. Chen, VP Science and Technology, IBM Research. "Terobosan ini menunjukkan bahwa teknologi MRAM sangat cepat matang dan, dalam beberapa tahun ke depan, secara mendasar akan menjadi pengganti semua pasar memori”. IBM dan Infineon, yang didukung oleh lebih dari 3.000 periset utama yakin, pada tahun 2005 mendatang ini berbagai produk yang menggunakan MRAM sudah akan tersedia di pasar.

Read More...